Minggu, 29 November 2015

Asuhan Neonatus Kelainan Bawaan Pada Bayi dan Balita




A.    Meningokel
1.      Pengertian
Meningokel adalah satu dari tiga jenis kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit. Spina bifida adalah suatu celah pada tulang belakang, yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh (Muslihatun, W.N, 2010).
2.      Penyebab
Karena adanya efek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak digaris tengah (Dewi, V.N.L.,2013).
3.      Tanda dan gejala
Tanda biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (Dalam durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal (Dewi, V.N.L., 2013).
          Gejala bervariasi tergantung, kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan pada lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf yang terkena.
4.      Penatalaksanaan
a.       Sebelum operasi, bayi dimasukkan ke dalam incubator dengan kondisi tanpa baju
b.      Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah infeksi
c.       Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah saraf , ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan inform consent dan informed choice pada keluarga.
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan mengukur kepala setiap hari) setelah dilakukan pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak mau minum, mudah terangsang, kejang, dan ubun-ubun besar menonjol). Selain itu, perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi urin, dan kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.

B.     Ensefalokel
1.      Pengertian
Kelainan bawaan di mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang. Angka kejadiannya adalah 3 diantaranya 1.000 kelahiran.
      Ensephalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Ensephalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin. Jaringan otak yang menonjol.
2.      Penyebab
Karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya terletak digaris tengah (Dewi, V.N.L.,2013).
3.      Tanda dan Gejala
Biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak. Ensefalokel akan berkaitan dengan kelainan mental yang berat meskipun sudah dilakukan operasi.
      Gejala dari ensefalokel, antara lain, berupa hidrosefalus, kelumpuhan keempat anggota gerak, gangguan perkembangan, mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental dan pertumbuhan serta kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal. Ensefalokel seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial atau kelainan otak lainnya (Mulihatun, W.F., 2010).
4.      Penatalaksanaan
a.       Sebelum operasi, bayi dimasukkan ke dalam incubator dengan kondisi tanpa baju
b.      Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah infeksi
c.       Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah saraf , ahli ortopedi, dan ahli urologi, terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan inform consent dan informed choice pada keluarga. Dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.
d.      Pengobatan lainnya bersifat simtomatis dan suportif.

C.     Hidrosefalus
1.      Pengertian
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) (Sudarti, 2010).
      Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dikarenakan adanya tekanan intracranial yang meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran berbagai ruang tempat mengalir liquor (Dewi, V.N.L.,2013).
      Hidrosefalus adalah penimbunan ccairan serebrospinal yang berlebihan di dalam otak (Muslihatun, W. F., 2010).
2.      Penyebab
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam system ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid, sehingga terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya (foramen monrai, foramen luschka, magendie, system magna, dan system basalis merupakan tempat tersering terjadinya penyumbatan).
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak disekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf. Aliran cairan otak ada tiga jenis, yaitu:
a.       Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi
Contoh: tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat aliran cairan otak
b.      Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah banyak
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak
c.       Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan tetapi, ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat pula.
Contoh: bila ada cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.
Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat perlahan atau progresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar, kemudian menekan jaringan otak sekitarnya. Tulang tengkorak bayi di bawah dua tahun belum menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus.
3.      Klasifikasi
Terdapat dua klasifikasi hidrosefalus, yang pertama berdasarkan sumbatan dan yang kedua berdasarkan perolehannya.
a.       Berdasarkan sumbatannya
1)      Hidrosefalus obstruktif
Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah satu tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan keluarnya ventrikel IV melalui foramen luscka dan magendi
2)      Hidrosefalus komunikan KS
Adanya peningkatan tekanan intracranial tanpa disertai adanya penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS.
b.      Berdasarkan perolehannya
1)      Hidrosefalus konginetal
Hidrosefalus yang sudah diderita sejak lahir. Ini berarti pada saat lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intracranial.
2)      Hidrosefalus didapat
Pada hidrosefalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan intracranial yang tinggi.
4.      Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala awal bergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Antara lain:
a.       Tengkorak kepala mengalami pembesaran
b.      Muntah dan nyeri kepala
c.       Kepala terlihat lebih besar fari tubuh
d.      Dahi lebar, kulit kepala tipis, tegang dan mengkilat
e.       Pelebaran vena kulit kepala
f.       Pergerakan bola mata tidak teratur
g.      Kerusakan saraf berupa: gangguan kesadaran, kejang
5.      Penatalaksanaan
a.        Umum
1)      Pengawasan suhu atau pencegahan hipotermi
2)      Pencegahan infeksi
3)      Observasi tanda vital, reaksi dan rangsangan
4)      Intake-output
b.      Khusus
1)      Pengukuran lingkar kepala
2)      Pengawasan kejang
3)      Persiapan operasi:
a)      Lakukan informed consent dan informed choice
b)      Siapkan hasil pemeriksaan darah, X-Ray, dan CT scan
c)      Menggunakan teknologi pintasan seperti silicon
d)     Teknik neuroendoskopi

D.    Fimosis
1.      Pengertian
Keadaan kulit penis (Preputium) melekat pada bagian kepala penis dan mengakibatkan  tersumbatnya lubang saluran air kemih (Muslihatun, W.F., 2010).
Kelainan bawaan dimana terdapat penyempitan prepusium pada bayi laki-laki ( Dewi, V. N. L, 2013).
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing (Sudarti, 2010).
2.      Penyebab
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai umur 3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang, debris yang dihasilkan oleh smegma mengumpul di dalam prepitium dan perlaha-lahan memisahkan prepiutium dan glans penis. Namun, pada sebagian anak prepitium tetap lengket pada glans penis sehingga ujung prepitium mengalami penyimpangan dan akhirnya mengganggu miksi.
3.      Tanda dan Gejala
a.       Bayi sukar BAK
b.      Kulit prepisium menggembung seperti balon
c.       Bayi menangis keras sebelum berkemih
d.      Kulit tidak dapat ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
e.       Anak mengejan saat buang air kecil karena muara utethra tertutup
4.      Penatalaksanaan
a.       Dilakukan sirkumsisi pada bayi
b. Apabila orangtua tidak tega, maka cobalah melakukan pelebaran prepisium dengan mendorong prepisium ke belakang.
c.       Jika terjadi luka, oleskan salep antibiotic untuk pencegahan infeksi.

Referensi

Dewi, V.N.L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:Salemba Medika
Fauziah, A dan Sudarti. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta: Nuha Medika
Muslihatun, W.N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:Fitramaya