A.
Meningokel
1.
Pengertian
Meningokel adalah satu dari tiga jenis
kelainan bawaan spina bifida. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui
vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di
bawah kulit. Spina bifida adalah suatu celah pada tulang belakang, yang terjadi
karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh (Muslihatun, W.N, 2010).
2.
Penyebab
Karena adanya efek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan
pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya
terletak digaris tengah (Dewi, V.N.L.,2013).
3.
Tanda
dan gejala
Tanda biasanya terdapat di daerah servikal
atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan
korda tetap dalam korda spinalis (Dalam durameter tidak terdapat saraf).
Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan
motorik dan bayi akan menjadi normal (Dewi, V.N.L., 2013).
Gejala bervariasi
tergantung, kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang
terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan pada
lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis
maupun akar saraf yang terkena.
4.
Penatalaksanaan
a.
Sebelum
operasi, bayi dimasukkan ke dalam incubator dengan kondisi tanpa baju
b.
Bayi
dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah infeksi
c.
Berkolaborasi
dengan dokter anak, ahli bedah saraf , ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan inform consent dan informed choice pada keluarga.
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap
adanya tanda-tanda hidrosefalus (dengan mengukur kepala setiap hari) setelah
dilakukan pembedahan atau juga kemungkinan terjadinya meningitis (lemah, tidak
mau minum, mudah terangsang, kejang, dan ubun-ubun besar menonjol). Selain itu,
perhatikan pula banyak tidaknya gerakan tungkai dan kaki, retensi urin, dan
kerusakan kulit akibat iritasi urin dan feses.
B.
Ensefalokel
1.
Pengertian
Kelainan bawaan di mana terjadi pemburutan
selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang
belakang. Angka kejadiannya adalah 3 diantaranya 1.000 kelahiran.
Ensephalokel adalah suatu
kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens (selaput
otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang
tengkorak. Ensephalokel disebabkan oleh kegagalan penutupan tabung saraf selama
perkembangan janin. Jaringan otak yang menonjol.
2.
Penyebab
Karena adanya defek pada penutupan spina bifida yang berhubungan dengan
pertumbuhan yang tidak normal dari korda spinalis atau penutupnya, biasanya
terletak digaris tengah (Dewi, V.N.L.,2013).
3.
Tanda
dan Gejala
Biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada
bagian ini terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak.
Ensefalokel akan berkaitan dengan kelainan mental yang berat meskipun sudah
dilakukan operasi.
Gejala dari ensefalokel,
antara lain, berupa hidrosefalus, kelumpuhan keempat anggota gerak, gangguan
perkembangan, mikrosefalus, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental dan
pertumbuhan serta kejang. Beberapa anak memiliki kecerdasan yang normal.
Ensefalokel seringkali disertai dengan kelainan kraniofasial atau kelainan otak
lainnya (Mulihatun, W.F., 2010).
4.
Penatalaksanaan
a.
Sebelum
operasi, bayi dimasukkan ke dalam incubator dengan kondisi tanpa baju
b.
Bayi
dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya besar untuk mencegah infeksi
c.
Berkolaborasi
dengan dokter anak, ahli bedah saraf , ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tindakan pembedahan, dengan sebelumnya melakukan inform consent dan informed choice pada keluarga. Dilakukan pembedahan untuk
mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke dalam tulang tengkorak, membuang
kantung dan memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.
d.
Pengobatan
lainnya bersifat simtomatis dan suportif.
C.
Hidrosefalus
1.
Pengertian
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang
terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal)
(Sudarti, 2010).
Hidrosefalus adalah keadaan
patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dikarenakan
adanya tekanan intracranial yang meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya
pelebaran berbagai ruang tempat mengalir liquor (Dewi, V.N.L.,2013).
Hidrosefalus adalah
penimbunan ccairan serebrospinal yang berlebihan di dalam otak (Muslihatun, W.
F., 2010).
2.
Penyebab
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya
penyumbatan cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam
system ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid, sehingga terjadi
penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya (foramen monrai, foramen luschka,
magendie, system magna, dan system basalis merupakan tempat tersering terjadinya
penyumbatan).
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan
cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak
disekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf. Aliran cairan otak ada tiga jenis,
yaitu:
a.
Gangguan
aliran adanya hambatan sirkulasi
Contoh: tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat
aliran cairan otak
b.
Aliran
cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan,
akibatnya cairan otak bertambah banyak
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak
c.
Cairan
otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan tetapi, ada gangguan
dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis
jumlah cairan akan meningkat pula.
Contoh: bila ada cairan nanah (meningitis atau infeksi selaput otak)
atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.
Ketidakseimbangan antara produksi dan
penyerapan, dapat perlahan atau progresif, menyebabkan ventrikel-ventrikel
tersebut melebar, kemudian menekan jaringan otak sekitarnya. Tulang tengkorak
bayi di bawah dua tahun belum menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar.
Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk
mendeteksi hidrosefalus.
3.
Klasifikasi
Terdapat dua klasifikasi hidrosefalus, yang pertama berdasarkan sumbatan
dan yang kedua berdasarkan perolehannya.
a.
Berdasarkan
sumbatannya
1)
Hidrosefalus
obstruktif
Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah satu
tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan keluarnya
ventrikel IV melalui foramen luscka dan magendi
2)
Hidrosefalus
komunikan KS
Adanya peningkatan tekanan intracranial tanpa disertai adanya
penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS.
b.
Berdasarkan
perolehannya
1)
Hidrosefalus
konginetal
Hidrosefalus yang sudah diderita sejak lahir. Ini berarti pada saat
lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesak
oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intracranial.
2)
Hidrosefalus
didapat
Pada hidrosefalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah
sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan intracranial
yang tinggi.
4.
Tanda
dan Gejala
Tanda dan gejala awal bergantung pada derajat ketidakseimbangan
kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Antara lain:
a.
Tengkorak
kepala mengalami pembesaran
b.
Muntah
dan nyeri kepala
c.
Kepala
terlihat lebih besar fari tubuh
d.
Dahi
lebar, kulit kepala tipis, tegang dan mengkilat
e.
Pelebaran
vena kulit kepala
f.
Pergerakan
bola mata tidak teratur
g.
Kerusakan
saraf berupa: gangguan kesadaran, kejang
5.
Penatalaksanaan
a.
Umum
1)
Pengawasan
suhu atau pencegahan hipotermi
2)
Pencegahan
infeksi
3)
Observasi
tanda vital, reaksi dan rangsangan
4)
Intake-output
b.
Khusus
1)
Pengukuran
lingkar kepala
2)
Pengawasan
kejang
3)
Persiapan
operasi:
a)
Lakukan
informed consent dan informed choice
b)
Siapkan
hasil pemeriksaan darah, X-Ray, dan CT scan
c)
Menggunakan
teknologi pintasan seperti silicon
d)
Teknik
neuroendoskopi
D.
Fimosis
1.
Pengertian
Keadaan kulit penis (Preputium) melekat pada
bagian kepala penis dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air kemih (Muslihatun, W.F., 2010).
Kelainan bawaan dimana terdapat penyempitan
prepusium pada bayi laki-laki ( Dewi, V. N. L, 2013).
Fimosis adalah keadaan dimana kulit penis
(preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya
lubang saluran air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan
saat kencing (Sudarti, 2010).
2.
Penyebab
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat
adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai umur 3-4 tahun, penis
tumbuh dan berkembang, debris yang dihasilkan oleh smegma mengumpul di dalam
prepitium dan perlaha-lahan memisahkan prepiutium dan glans penis. Namun, pada
sebagian anak prepitium tetap lengket pada glans penis sehingga ujung prepitium
mengalami penyimpangan dan akhirnya mengganggu miksi.
3.
Tanda
dan Gejala
a.
Bayi
sukar BAK
b.
Kulit
prepisium menggembung seperti balon
c.
Bayi
menangis keras sebelum berkemih
d.
Kulit
tidak dapat ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan
e.
Anak
mengejan saat buang air kecil karena muara utethra tertutup
4.
Penatalaksanaan
a.
Dilakukan
sirkumsisi pada bayi
b. Apabila
orangtua tidak tega, maka cobalah melakukan pelebaran prepisium dengan
mendorong prepisium ke belakang.
c.
Jika
terjadi luka, oleskan salep antibiotic untuk pencegahan infeksi.
Referensi
Dewi, V.N.L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.
Jakarta:Salemba Medika
Fauziah, A dan
Sudarti. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta : Nuha Medika
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta:
Nuha Medika
Muslihatun, W.N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.
Yogyakarta:Fitramaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar